
Mauluddin Lubis saat melayani jamaah lansia di Bandara Jeddah. Foto Arief/MCH2024.
Menjadi petugas haji adalah impian banyak muslim. Bagi yang berkesempatan menjalaninya, pengalaman ini kerap meninggalkan jejak spiritual yang mendalam. Berikut sepenggal kisah salah satu petugas haji yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) 2024, Mauluddin Lubis.
BeritaHaji.id - 'Sesibuk Apapun Kamu, Jangan Sampai Lupa Shalat'
Pesan itu terus terngiang di telinga saya. Wasiat ibu untuk kami, anak-anaknya yang kami jaga sampai saat ini. Begitu pula saat saya bertugas menjadi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk Daerah Kerja (Daker) Bandara.
***
Jumat, 1 Dzulhijjah 1445 H merupakan kali ketiga saya Salat Jumat di Tanah Jeddah. Kota yang dikenal dengan hiruk pikuk bisnis dan ekonomi serta menjadi salah satu pintu masuk jemaah haji untuk menunaikan rukun Islam kelima.
Bandara King Abdul Aziz Kota Jeddah menjadi 'tempat kami' melayani tamu Allah selama kurang lebih 18 hari hingga menjelang wukuf di Arafah. Seperti sebelumnya, Jumat 7 Juni 2024, merupakan kali kedua kami menunaikan ibadah Salat Jumat di Masjid Fatima Bamjali.
Letak masjid bergaya arsitektur Arab ini hanya seperempat jam dari tempat kami menginap. Alasan saya memilih Salat Jumat di tempat ini sebenarnya sederhana saja, dekat dan tak perlu menyeberang jalan.
Namun kali ini, pengalaman tak biasa saya rasakan. Entah mengapa ada dorongan kuat dari dalam hati saya untuk bisa sekedar berbincang dengan Imam Masjid Fatimah Bamjali. Keramahan imam masjid memang terlihat dari keluwesannya berbicara dengan jemaah usai Salat Jumat.
Tak jarang, sejumlah jemaah mulai dari orang dewasa hingga orang yang sepuh menggunakan kursi roda mendapat kesempatan berbincang dengan penuh kehangatan. Bahkan menjelang akhir perbincangan, jemaah yang ditemui imam masjid tersebut menengadahkan kedua belah tangannya, mengaminkan setiap doa yang mengalir dipanjatkan secara khusus kepada mereka.
Rasa iri, dalam arti positif, tentunya berkecamuk di dalam hati saya. Keinginan itu menguat seiring tekad saya untuk bersilaturahmi, atau sekedar menyapa, bercengkerama hingga berfoto bersama sang imam masjid. Lantunan zikir yang mengalir menguntai keinginan, terus terucap dari bibir ini untuk mewujudkan niatan silaturahmi itu.
Namun bukan orang Indonesia namanya, kalau tidak pesimis dulu. Begitu juga perasaan yang perlahan merasuk menggeliat di dalam qolbu ini. Bahkan, teman sesama petugas dari Media Center Haji (MCH) sudah menyolek saya untuk segera beranjak pulang ke penginapan.
Seperti biasa, sebelum meninggalkan masjid, saya menunaikan salat sunnah. Setelah salat, tiba-tiba Mas Andri kembali menemui saya, kali ini bukan mengajak saya pulang. Mas Andri mengajak saya untuk menemui seseorang pria Arab yang tak sengaja memanggilnya mengenakan gamis dan kopiah putih.
Segala puji bagi Allah, saya terkejut. Sebab kami digiring ke ruang imam masjid yang sedari tadi sangat ingin saya temui. Dalam ruangan itu, kami sempat menunggu sebentar. Seolah tak percaya, saya kembali meyakinkan diri dengan bertanya kepada Mas Andri.
"Ini beneran mas, dipanggil imam masjid?" tanya saya antusias.
"Iya," jawabnya singkat.
Perbincangan itu akhirnya terpotong dengan kehadiran sang Imam Masjid Fatimah Bamjali, Abu Al-Baraa. Keramahannya terasa saat ia menyapa kami berdua. Bahkan, ia mempersilahkan kami untuk mencicipi makanan ringan. Saat mencoba berkomunikasi, karena kami roaming bahasa Arab, muncul Kepala Daker Bandara Abdillah Thohir.
Kemunculannya dari balik pintu ruangan sempat membuat kami keheranan. Bahkan, wajah Pak Abdillah terlihat terkejut saat melihat kami berada di dalam ruangan yang sama.
Belakangan dari gesture yang ditunjukan imam masjid, kami baru mengetahui bahwa beliau mengundang untuk bersilaturahmi. Bahkan, ia mengungkapkan rasa kegembiraannya melihat kami menunaikan Salat Jumat di Masjid Fatima Bamjali. Meski perbincangan berjalan roaming, karena kami tidak bisa bahasa Arab, kecuali Pak Abdillah, berlangsung gayeng dengan nuansa keramahan.
Di tengah pembicaraan, Abu Al Baraa bahkan antusias saat diminta untuk mengisi manasik haji bagi petugas haji Indonesia di Daker bandara sewaktu-waktu.
Masya Allah, kewajiban yang Allah anugerahkan hari ini mengabulkan keinginan dalam hati kecil saya. Tak hanya itu, saat sedang berdzikir, saya melihat seseorang sedang bersiwak sebelum sholat dan ingin bisa bersiwak sebelum sholat. E ternyata sebelum pamit, imam masjid memberikan siwak kepada kami.
Maka, lengkap sudah hati kecil ini yang dikabulkan oleh Allah sesaat setelah Salat Jumat. Semoga akan banyak lagi doa dan harapan kita yang Allah kabulkan. Aamiin ya Rabb.
*Tulisan yang sama juga telah tayang pada Buku Mengukir Senyum di Haramain terbitan Biro HDI Kemenag.